Sabtu, 14 November 2015

Alamaaaaakk... Akhirnya Kena TILANG... :(

Firasat tak seharusnya kita abaikan. Setelah kejadian hari ini aku samakin percaya bahwa ada kebenaran yang bisa kita ambil dari sebuah kata bernama firasat. Firasat hati itulah yang utama. Hati yang mana? Tentu hati yang bersih. (teringat nyanyi ustadz Zul di suatu daurah/pelatihan)

Setelah hari ini aku mendapat pelajaran baru mengenai kegelisahan hati. Jadi ceritanya, pagi tadi aku bersama seorang adik pergi ke suatu tempat dalam rangka menyempurnakan persiapan suatu acara. Tepatnya acara Talkshow Inspiratif, bersama dua orang sahabatku yang dulu dipertemukan di MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang. Demi menghemat waktu dan biaya aku pun meminta Iin, nama adik yang bersama ku, untuk meminjam motor temannya. Kami akan mengunjungi beberapa tempat. Jadi memang sangat membutuhkan mobilisasi yang lancar. Salah satu nya ya.. dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kalau naik angkot, maka akan sangat tidak efektif. Sebelum berangkat aku menanyakan apakah ada STNK motor ini. Masalahnya ada sedikit keraguan dihatiku untuk berangkat tanpa STNK dan SIM. Ya… sampai hari ini aku belum mempunyai SIM C, password bagi ku untuk bebas berkeliaran dengan motor di seantero nusantara ini. “Maaf kak, STNK nya gak ada, karena disimpan oleh abang teman Iin” itulah jawaban yang kuterima pagi itu.

“Ooh.. tak masalah kataku, kita berangkat saja.” Meski sebenarnya hatiku ragu untuk berangkat tanpa doi. Namun ku kuatkan tekad, sembari mengingat-ingat lagi dalam masa empat setengah tahun kuliah di Kota Padang ini belum pernah sekalipun aku ditilang polisi. Bahkan saat pergi ke luar kota pun tanpa SIM. Misalnya hari itu ke Bukittinggi dan Solok untuk menghadiri kegiatan FSLDK. Dan tidak ada penilangan.. semua lancar..Amaan..

Hampir pukul 11.00 wib kami meninggalkan asrama. Awalnya semua lancar – lancar saja. Bahkan kami sudah melewati tempat yang menurut kebanyakan orang paling rawan terjadi penilangan. Aku terus memacu kendaraan roda dua itu menuju ke arah Ulak Karang. Tujuan pertama adalah ke sebuah toko baju muslim. Aku lupa-lupa ingat tempatnya. Kecepatan sengaja ku kurangi sembari melihat kiri kanan untuk mencari tempat itu. Sampailah aku di sebuah persimpangan dan lampu merah hidup. Tanpa pikir panjang aku pun berhenti. Tapi aku heran ada angkot yang searah dengan ku ternyata lanjut saja tanpa memedulikan lampu merah itu. Tibalah keraguan dalam diri ku, dan sepersekian detik berikutnya ku gas lagi motor mengikuti angkot tersebut. Baru hendak jalan, kami di panggil seorang polisi yang ternyata dari tadi memperhatikan kami. Kami diminta untuk ke pinggir dan terjadilah serentetan agenda yang disebut PENILANGAN.

Awalnya, beliau menanyakan tentang STNK dan SIM ku. Aku mulai khawatir karena memang tidak memiliki satupun surat-surat kendaraan tersebut. Aku jawab jujur saja, bahwa aku tidak punya SIM dan STNK tidak ku bawa, dan itu adalah motor teman. Lalu pak Polisi memperlihatkan surat tilang dan pasal tentang pelanggaran lalu lintas. Beliau meminta kami memilih disidang atau membayar denda. Tanpa pikir panjang aku milih bayar denda saja. Karena ini motor bukan aku yang punya, dan bakal ribet jika diurus ke sidang segala. Tapi, ada satu hal paling aneh yang kami temukan siang itu bahwa ternyata dendanya bisa DITAWAR. Wkwkwk

Awalnya PakPol minta 100K, lalu mulai lah aku mengeluarkan jurus tawar- menawar ala ibu-ibu di pasar dengan berbagai dalih. “Kami mahasiswa pak, gak punya uang, buat makan aja susah pak. Bahkan di kampus dapat beasiswa bla…bla..bla..”
Melihat tampang memelas kami, PakPol pun setuju kami bayar 50K saja. Meskipun sangat berat hati, kami berusaha ikhlas kan uang itu. Karena memang kami akui kami salah…
Mulai hari ini tercatat sudah sebuah sejarah, bahwa aku pernah ditilang setelah sekian lama tinggal di Padang dan membawa motor kesana0kemari tanpa SIM. Oke.. tak masalah, mungkin ini pertanda, kalau aku hurus buat SIM secepat mungkin. Agar kejadian diatas tidak terulang lagi…



Zee

#Padang

#13 November 2015

Tidak ada komentar: